THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 09 Desember 2010

cerpen persahabatan

cerpen- satu persahabatan dalam hidupku

Aku sedang berjalan kearah luar gang rumahku menuju sekolah. Tetapi sebelum aku berangkat sekolah, aku harus menunggu Dina yang sedang menuju kearah depan gangku. Kulihat kedepan sana tetapi tidak seorangpun tampak, ketika aku sedang menunggu Dina, aku melihat dua orang teman sekelasku berjalan kearahku. Ya… itu Lila dan Uswah. “ Hey Nad… kamu kaq belum berangkat sekolah seh?!! “ Tanya Lila kepadaku.“ owh iya neh aku sedang menunggu Dina. “ Jawabku.“ ohh kamu sedang menunggu Dina, tapi Nad 10 menit lagi sekolah masuk tau!! Kamu ga takut telat??? “ Tanya Uswah kepadaku.“ ya udah kalau geto kita berangkat sekolah bareng ya?!! “ pintaku kepada Lila dan Uswah. Merekapun mengiyakan ajakanku dan segera melangkahkan kaki untuk menaiki angkutan umum yang akan mengantarkan kami kesekolah.
**** “

NADIAAA…!!! “ teriak Dina sambil melangkahkan kaki dengan cepat kearahku.“ Eh… Dina?!! ““ Eh… Dina, Eh… Dina lagi, kamu koq ninggalin aku seh Nad??? Tadi tuh aku kerumahmu tapi kata kakakmu, kamu baru aja berangkat!!! ““ Mmm…Sorry deh, abis kamu lama seh “.“ iiihh… kan udah aku bilang tunggu sampai aku datang?!! ““ iya…iya…sorry, udah donk jangan marah marah terus, kaya nenek – nenek aja!!! “.“ enak aja! Kamu tuh yang kaya nenek – nenek!!! “ jawab Dina dengan tampang kesalnya. Melihat Dina mau marah-marah lagi, akupun berlari meninggalkan Dina menuju kelas dan duduk ditempatku, Dinapun berteriak – teriak sambil berlari-lari kecil kearahku dan melanjutkan ocehan – ocehan yang tadi tertunda. Aku dan Dina bersahabat sejak duduk disekolah menengah pertama kelas 1 hingga duduk disekolah menengah kejuruan kelas 2. Orang tuaku sangat akrab dengan Dina, begitupun sebaliknya. Sudah seperti saudaraku sendiri.
****“

Lila… Uswah… “ panggilku. “ ya Nad, ada apa?!! “ jawab Lila.“ nanti pulang bareng ya!!! “. “ oh itu, liat nanti aja ya!!! “ jawab Lila.“ oce dehh, Mmm… tapi besok berangkat bareng lagi ya??? Aku tunggu kalian berdua di tempat tadi, oce?!! “. “ oceee…!!! “ jawab mereka berdua dengan kompak. Semenjak kami sering pulang dan berangkat sekolah bersama, kami menjadi semakin akrab. Tidak hanya pulang dan berangkat sekolah saja kami bersama tetapi kemanapun dan acarapun kami selalu terlihat bersama. Dan sejak saat itulah satu persahabatan dalam hidupku tersulam kembali.
****“

koq Lila, Dina dan Uswah agak beda ya?? Apa mereka sedang ngerjain aku ya?!! “ aku duduk termenung dikelas yang masih kosong. “ Mmm… mungkin hanya perasaan aku saja kale ya?!! “ ujarku dalam hati. Aku merasa beberapa hari ini Lila, Dina dan Uswah agak cuek kepadaku. Mungkin karena sebentar lagi hari ulang tahunku. Padahal aku merasa karena mereka cuek kepadaku. “ Eh Nad… bengong aja kamu!!! “ ujar Uswah membuyarkan lamunanku. “ ah nggak koq!!! ““ oya Nad, besokhari minggu teman – teman sekelas ngajakinkita lari pagi bareng. Kamu ikut kan? “ Tanya Dina. “ gat au deh, lihat besok aja ya?!! MALEEZZ tau, masa liburan gene masih keluar juga…! Acara kelas lagee!!! ““ Nad pokoknya kamu harus ikut, kalau ga ikut dapet hukuman loh. “ Ujar Lila menakutiku. “ Memangnya anak SD… masih ada hukuman, udah pokoknya lihat bezok aja deh, ya.. ya..!!! “.“ YOII !!! “ jawab Uswah dengan singkat. Aku sudah menduga pazti mereka merencanakan sesuatu untukku esok hari. Aku merasa sangat penasaran dan agak sedikit takut. “ Aduh aku dating nggak ya besok??? Pasti mereka belez dendam deh ke aku karena kemarin yang nerjain mereka adalah aku!!! “ ucapku dalam hati.“ udah deh lihat besok aja…! Kalau aku dijemput ya aku pergi, tapi kalau aku ga dijemput ya aku nggak pergi!!! “ kataku dalam hati lagi dengan memejamkan mata untuk tidur walaupun dengan sedikit perasaan gelisah.

Tik…Tok…Tik…Tok…, tepat jam 12 malam tiba – tiba aku terbangun karena mendengar suara telepon berdering. Akupun dengan segera mengangkatnya. “ Hallo… “ sapaku.Tak ada jawaban dari seberang.“ Hallooo… “ aku menyapa sekali lagi.Masih tidak ada jawaban jawaban juga. “ HAPPY BIRTHDAY TO U HAPPY BIRTHDAY TO U HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY, HAPPY BIRTHDAY NADIA…!!! Terdengar nyanyian dari seseorang di seberang sana.“thanks ya!!! “ aku terharu.“ Met ultah Nadia! Ketujuh belas ya? Semoga kamu tambah dewasa, tambah cantik dan tambah gokil!!! “ ujar Isti.“ Paztee..!! ““ Nad sorry neh aku ga bias telepon kamu lama – lama soalnya aku ngantuk! Kamu met tidur ya Nad, sorry ganggu, bye Nadia…!!! ““ Bye!!! “ Isti adalah kakak kelas disekolahku. Dia sangat baik kepadaku tetapi sejak ia lulus aku jarang sekali bertemu dengan sia mungkin bias dibilang tidak pernah lagi. Ya… mungkin dia sibuk dengan kegiatan barunya.
****“

iiihh.. Alarm berisik banged seh!!! Kan masih ngantuk?!! “ gerutuku. Akupun segera bangun dan beranjak merapikan diri. Walaupun berat dan malas sekali rasanya tetapi pagi ini aku harus pergi karena sudah mempunyai janji untuk lari pagi bersama teman sekelasku. Walaupun aku tahu kalu hari ini mereka sudah mempunyai rencana untuk mengerjaiku. “ Assalamu’alaikum…!!! ““ Wa’alaikumsalam… “ jawabku sambil membukakan pintu.“ Hey Nad?!! ““ Hey! ““ Gimana udah siap belum? Teman – teman udah nunggu kamu tuh!! ““ Iya.. Iya.. sabar donk!!! “ kataku sambil melangkahkan kakiku kearah timur. Ternyata teman – teman sekelasku tidak dating semua pagi ini dan ternyata dugaanku tentang semua itu salah, merekatidak mengerjaiku. Aku merasa sangat senang. “ Upss.. tapi tunggu sebentar, sebuah telur mendarat dengan tepat diatas kepalaku!!! “. Akupun berteriak dan mengejar-ngejar Uswah dan teman yang lainnya. Merekapun semua berlari menjauhiku.
****

" Assalamua’laikum…!!! Uswah… Uswah… “ Ucapkku setelah sampai didepan pintu rumahnya.“ Wa’alaikumsalam… ohh… Nadia, ayo masuk dulu Nad!!! “. Uswah mempersilahkan aku masuk kedalam rumahnya. “ Tunggu sebentar ya nad, aku mau siap – siap dulu, nanti bila Lila dan Dina datang kita bias langsung berangkat kesekolah..! ““ iya.., tapi jangan pake lama, nanti aku jamuran lagi?!! “ jawabku sambil tersenyum kecil. Tidak lama setelah Uswah berseragam sekolah rapi, Lila dan Dinapun datang. Aku dan Uswah segera keluar rumah dan memakai sepatu dengan cepat. “ yoo.. kita berangkat “ ucap Uswah setelah kami berpamitan dengan orang tuanya. Lalu kami bertiga menganggukan kepala dengan serempak sambil tertawa.

Diperjalanan menuju sekolah, seperti biasa kami berempat bercerita dan bercanda tanpa merasakan teriknya matahari yang menyengat tubuh, karena kami terlalu asyik dengan candaan konyol Uswah yang membuat perut kami terasa sakit. Alangkah senangnya kami setiap hari seperti ini, selalu bersama – sama. Ketika angkutan umum yang kami tumpangi sudah mengantarkan sampai tujuan dan pergi berlalu. Tiba – tiba Lila berbicara dengan kerasnya dan membuat aku, Dina dan Uswah kaget. “ HEYY!!! Udah jam12.30 loh!!! “ Lila berusaha memberi tahu bahwa kami sudah terlambat masuk sekolah. Kami berlari – lari saling mendahului, sambil tertawa dan berbicara, “ tungguin donk, jangan cepet – cepet?!! “. Huh… lelahnya kami setelah berlari-larian. Kami berjalan perlahan menuju kelas dan sampailah didepan pintu kelas, lalu mengetuk pintu dan membuka dengan mengucapkan salam, lalu mencium tangan guru yang memang sudah duduk lebih awal sebelum kami datang.

Kami mengawali hari dengan terlambat masuk sekolah yang memang bias di bilang ritinitas kami setiap harinya. Dan sekarang waktunya kami memandangi papan tulis yang penuh dengan huruf dan berbaris membuat shaf dan banjar. 1 jam, 2 jam, 3 jam, begitu bosannya kami belajar, hingga akhirnya bel istirahatpun berbunyi. “ Akhirnya istirahat juga…!!! “. Kataku dalam hati.“ Nad, La, Din keluar yoo, Laperr nehh!!! “ ajak Uswah. Kamipun berdiri lalu berjalan keluar kelas menuju tempat yang bisa menghilangkan rasa lapar dan haus. “ Makan… Makan…!!! Kita mau makan apa neh??? “ Tanya Uswah dengan bawelnya dan ketidak sabaran dia menunggu jawaban kami.“ Terserah deh “ ucap Dina dengan singkatnya. Tanpa menunggu jawaban dari aku dan Lila, Uswah pun mengambil bakwan dan memasukkannya kedalam mulut, lalu dilanjutkan Lila, aku dan Dina. Setelah selesai makan, kamipun beranjak menuju masjid untuk melaksanakan shalat ashar.

Waktu istirahatpun berakhir. Kami berempat memasuki kelas yang memang sudah ramai dengan teman – teman sekelas kami. Melanjutkan pelajaran yang tertunda. Iseng – iseng saat guru menjelaskan, aku menjaili Uswah dengan mengikat ujung jilbabnya. Teman – teman yang berada dibelakangku tertawa – tawa dan berkata “ Dasar Jail?!! “. Aku hanya senyum – senyum kecil saja karena takut Uswah menyadarinya. Bel pulang berbunyi, waktu kami pulang. Menaiki angkutan umum bersama, lalu berpisah ditengah perjalanan. “ aku duluan ya…!, Bye…bye….!!! “ ucapku sambil melambaikan tangan kepada Lila, Dina dan Uswah.

Selama ini kami selalu bersama, baik susah maupun senang kami lewati bersama dan kami bersahabat cukup lamanya. Tetapi kenapa sudah beberapa hari ini, aku merasa persahabatan kami agak merenggang. Aku bersama dengan Lila sedangkan Uswah bersama dengan Dina. Aku merasa ada pembatas antara kami. Kepercayaan sedikit hilang. Banyak hal yang aku dan Lila sembunyikan ataupun sebaliknya Uswah dan Dina. Aku merasa cukup kehilangan dan sedih. “ Ada apa dengan persahabatan kami saat ini?? “ tanyaku dalam hati.“ apa penyebab ini semua, apakah bisa kami seperti dulu lagi, bercanda tawa dengan lepasnya tanpa adanya pembatas antara kami? “ sekali lagi aku bertanya pada diriku, tetapi sampai saat ini aku belum mendapatkan jawabannya.

Kupandangi foto dalam bingkai, foto kami berempat. Aku, Lila, Dina dan Uswah. Sungguh satu persahabatan dalam hidupku yang begitu indah dan mengasyikan. Satu hal yang kusesali saat ini, “ mengapa aku harus egois dan diam saat melihat persahabatan ini hancur??! “ sesalku dalam hati. Perjalanan hidup memang panjang. Membawa pertemuan dan perpisahan. Hari ini aku bertemu, besok aku berpisah. Namun seiring waktu berjalan kita tetap harus menjalani hidup ini dan memikirkan tujuan masa depan kita. Walaupun persahabatan ini bukan yang pertama bagiku, tetapi satu persahabatan inilah yang dapat membuat hari – hari dalam hidupku menjadi lebih bermakna. Creative : Nhumodz

Cerpen in English

cerpen- Cry Because of my own pain[ part I]

Today, I just remember about your face, your laugh, your smell, your kindness, everything in between, I gotta learn something because I know you will never come back.. And yeah, it is hurt me badly.. "Elise!" you said my name too many times.."Hey Mike! How are you?"Im fine.. you?""I'm... Sorta fine.. But a little bit dizzy-weezy because of Math exams yesterday..""Hmm. Did you do well?""Of course I am!! I'm smart!" Then again, I keeping my mouth shut, cuz I know he doesn't like me when I'm do that.. "Okay, no more words about yourself? Okay then, bye!""Bye......" I realize, I'm still in love with him.. And I know, I can't live without him... My mouth trembling, my heart still pounding, I don't know what to do without him.. And yes, I just found my self still missing him.. He has girlfriend.. her name is Sharron.. Well she's my bandmates, but she's the most beautiful girl that I know, she's the one for him..After that, I go to my class, and then listening to music to reduces the memory of him... "KKKRRRRIIINNNGGG" the second bell ring 2 times.. Everybody goes in, and I just pull out my earphones and put it in my bag.. I opened my diary, I realize I wrote all his name in my diary, I just, can't imagine how I fell in love with him.. And yes, this is my story, and my eyes starts to tear it self.. "OhmyGod Lise?? Why are you cryiingg??" said Riza"It's okay.. I'm okay.." i said to her.. with smiling on my face..God, I'm still in love with him..

cerpen Horor

cerpen- buku harian dan pena kematian part 6(ending)

Saat aku terjaga, ternyata kedua tanganku telah terikat kuat di sebuah tiang penyangga di depan ruang UKS sekolah. Di depanku, terlihat samar sesosok bayangan. Terdengar pula desah nafas yang cukup cepat seperti orang yang habis melakukan hal yang berat atau mungkin habis di kejar setan. Pandanganku masih kabur. Aku tak dapat melihatnya dengan jelas siapa itu. Saat mataku mulai berfungsi normal, aku dapat melihat Tomi terbaring lemas berlumuran darah. Ia masih bernafas. Di sampingnya, Kevin sedang terduduk lesu. Aku melihatnya sedang merintih sambil memegangi tangannya yang terluka.“Kevin…kenapa gue diikat disini..? lepasin gue..!!!”,teriakku.Kevin terkaget mendengar ucapanku.“kamu udah sadar Vir…? Syukurlah…”,tanya Kevin seraya bersyukur.“kamu pikir aku kenapa…? Cepetan lepasin ikatan ini.. sakit nih..”,kataku,merintih.“eeeh…iya…iya.. ”,jawab Kevin kikuk.Kevin pun melepaskan tanganku dari ikatan kuat itu. Sejenak kami terdiam. Mataku tertuju ke arah Tomi yang terbaring tak berdaya di samping Kevin,kemudian menujukan pandangan sinis ke arah Kevin.“bisa kamu jelasin tentang apa yang terjadi..?”,tanyaku dengan pandangan sinis tertuju ke Kevin.Kevin mengangguk. Terbaca keraguan dari gerak-geriknya.“jelasin Vin..kenapa Tomi bisa sampai kayak gini…kenapa aku terikat disini..? terus kenapa tangan kamu terluka……? Jelasin sama aku Vin..”,tanyaku,memaksa.Sedetik,dua detik, tiga detik. Kesunyian benar-benar terasa saat itu. Kevin tak kunjung berucap.Kevin memandang ke arahku dengan raut muka serius. Sedetik kemudian terdengar penjelasan dari mulut Kevin.“tadi malem kamu kerasukan arwah setan itu Vir.. kamu berusaha nyerang aku pake pena itu.. aku ngehindar dan lari. Tapi kamu ngejar aku terus. Entah dari mana kamu tiba-tiba bisa pegang pena itu buat nyerang aku. Padahal sebelumnya pena itu aku yang pegang. Aku lari dan bersembunyi di kamar mandi deket ruang guru. Ternyata disitu aku nemuin Tomi tergeletak.”,Kevin menjelaskan.Aku terdiam mendengar penjelasan Kevin. Apakah benar apa yang di katakana Kevin..? haruskah aku mempercayainya..?tapi kalau bukan dia siapa lagi yang bisa memberiku penjelasan yang lebih baik dari Kevin..?? tomi..? itu bahkan lebih tidak mungkin lagi karena sejak awal Tomi telah tak sadarkan diri. Hatiku terus saja beradu tanya dengan otakku.“ya..empunya buku itu pernah berjanji akan membuatku melakukan hal keji yaitu membunuh sahabatku sendiri.. dan hal itu hampir saja terjadi.. maaf Kevin..maafin aku.. aku udah biarin Arwah sialan itu jajah tubuh aku buat pelampiasannya.. aku bener-bener gak sanggup ngelak Vin..maafin aku…”,kataku dengan nada dan wajah menyesal.“ya sudahlah..semuanya telah terjadi.. kita ambil saja hikmah dari semua ini.. gak usah ngerasa bersalah gitu.. santai aja..”,Kevin menenangkan. Aku hanya tersenyum tak membalas perkataan Kevin.Matahari mulai menjanjikan kehidupan untuk hari ini dengan sinat hangatnya. Itu tandanya hari sudah mulai pagi. Terlihat peti itu bertengger manis di bangku yang tak berada jauh dari kami. Aku segera berdiri dan berjalan gontai dengan kepala yang masih terasa berat menuju ke arah dimana benda itu berada. Ku raih benda itu. Aku menoleh ke Kevin untuk meminta persetujuan.“Bakar Vir..bakar..”,Kevin meyakinkan.Aku mengangguk tanda setuju.kemudian ku raih sebuah korek api di saku rokku. Dengan yakin aku mulai menyulutkan api ke buku tersebut kemudian memasukkannya ke dalam peti yang juga telah terisi pena kematian tersebut. Tak butuh waktu lama untuk benda rapuh yang biadap itu terbakar. Akupun berbalik arah menghampiri Kevin dan Tomi yang terkulai lemas. Ku pososikan diriku berada di antara Kevin yang sedang merintih kesakitan dan Tomi yang masih tak sadarkan diri. Ku tujukan pandanganku ke arah peti dan isinya yang sedang terbakar. Terdengar sebuah jeritan nyaring yang benar-benar menyakitkan telinga yang berasal dari dalam peti tersebut. Jeritan yang lebih menyakitkan dari pada yang ku alami beberapa waktu lalu. Senyuman kemenangan tersungging manis di ujung bibirku.‘Lelah sekali rasanya..’,bisikku dalam hati.Ini adalah petualangan menegangkan yang benar-benar nyata dalam hidupku. Lebih ekstrim dari mimpi yang paling ekstrim sekalipun. Akhirnya aku, sahabatku Tomi dan sahabat baruku Kevin dapat kembali menjalani hidup yang normal seperti dahulu meskipun tanpa Niko dan juga Rista. Biarpun Tomi dan Kevin mengalami luka yang cukup serius,setidaknya mereka masih hidup dan tetap menjadi sahabatku.***TAMAT***

cerpen Lucu

cerpen- Moni......... I'm beastiful(kaos kaki Moni)

Aku menatap cermin dengan bahagia. Kuamati wajahku dengan seksama. Aku gak terlalu jelek (bagiku nihh...yg syirik silakan minggat). Mataku emang bengkak sebelah kiri, gak tau penyebabnya apa, salah ngidam kali emakku. Bibir ini tebal. Hidungku mancung...sedikit. Hehehe, dan lihatlah bintik-bintik jerawat di pipi yang berlemak ini. Coba tengok rambutku, tebal dan berminyak, warnanya kemerah-merahan. Ah..gak papa, mungkin aq keturunan bule ye. He-eh...Ketika mataku turun ke bawah, kulihat tubuh yang tambun terutama bagian perut dan betis. Itu bukan masalah. Badan gendut, itu artinya aq sehat dan gak sia-sia emakku kasih makan."Moni.....cepetan bekacanya. Uda jam setengah tujuh." teriak emak.Kayak gak tau orang lagi seneng aja, gerutuku. Jarak rumah n skul emang jauh banget. Apalagi aku harus jalan kaki karena letak istana gubuk reyok ini di gang sempit yang berliku-liku. Cepat-cepat kucari kaos kaki yang uda banyak lobang anginnya itu. Tiga menit berlalu dan aku belum menemukan benda itu. Sementara emak uda teriak-teriak sampe saingan sama ustad Abdullah yang lagi ngaji di Mesjid yang letaknya 100 meter dari rumahku."Oh, my God" seruku kebarat-baratan sambil menepuk dahi."Bahasa mana tuh ?"tanya emak bingung."Gak tau mak. Moni sering dengar aja"jawabku sekenanya."Jadi apa hubungannya dengan kaos kaki yang ilang sebelah?" tanya emak lugu."Ya...justru karna itu mak. Biasanya kalo kaos kaki Moni ilang sebelah, biasanya pertanda buruk bagi Moni. Tapi kalo ilang dua-duanya, mungkin Moni bakal dapet jodoh kali ya, mak." seruku mendramatisir suasana."Mon, jangan pikir yang macem-macem. Buruan berangkat.""Kaos kaki Moni sebelahnya?"tanyaku. Emak mondar-mandir serius kayak setrikaan berusaha mencari jawaban."Pinjam ama tetangga aja!" sergah emak cepat.AKhirnya, aku keliling kampung tuk minjem kaos kaki. Siapa sih yang mau minjemin kaos kakinya? Napasku udah terengah-engah. Bibi Pon pun mau meminjamkan kaos kaki. Tapi.............. oh no.....coba tebak kenapa aq kagettt?

cerpen Agakhot

cerpen- IDOLA dan KEKASIH

Apartement tinggi ini tetap berdiri kokoh ketika tubuh kekarmu menindih tubuhku dengan angkuhnya. Apartement ini dengan kuatnya menancap kedasar bumi seperti kamu dengan sekuat tenaga membobol bagian belakang tubuhku. Dekapanmu yang erat seolah tak ingin melepaskanku. Nafas gairahmu terasa hangat dibelakang leherku. Lolonganku yang panjang membuat bekas cengkaraman tangan dipundak kokohmu. Kita tidak menginginkan malam bergulir tergantikan pagi. Kita tidak ingin melihat cahaya bintang dan bulan ditenggelamkan sinar matahari. Malam ini milik kita berdua. Aku dan kamu. Lelaki idola dan kekasihku. Lima finalis idola nusantara dari wilayah timur telah terpilih. Arro salah satunya. Menumpang gerbong ekonomi, Arro berangkat ke ibukota. Satu-satunya jembatan yang bisa menghubungkan mimpi menjadi nyata. Ada bangga yang aku tinggalkan. Ada mimpi yang aku ingin wujudkan.Jarum jam belum lama meninggalkan angka sepuluh. Suasana ramai menyapaku ketika memasuki ruangan audisi. Dendangan lagu-lagu popular terdengar, menambah ramai suasana. Pandangan mataku menyapu bersih deretan kursi, melihat apa masih ada kursi yang kosong. Tersisa dua kursi. Baris kelima dari depan. Aku berjalan, mencari celah diantara kursi-kursi yang sudah diduduki. Akupun duduk dengan diam.Tidak terlalu lama, datang pemuda berperawakan tinggi besar. Hidungnya mancung. Wajahnya begitu rupawan. Diatas matanya yang menawan terdapat alis yang tebal. “Maaf. Kursi ini kosong?” tanya dia.Ketajaman tatapannya membuat bibirku membeku dan kaku.“O……eee…….ee………kosong………..kosong…!”“Silakan!”Dia duduk seenaknya. Beselonjor dan mengangkang. Memaksa mataku memandang turun. Ada yang menonjol keras diantara selangkangannya. Dengan telapak tangannya yang kuat, dia menjabat telapak tanganku yang lembut.“Dandy”“Arro”Setelah perkenalan, kami sama-sama terdiam. Ada kebisuan diantara kami. Tapi mataku yang mampu berbicara. Untuk melihat seluruh lekuk tubuhnya.Tiba-tiba wajahnya yang rupawan menoleh padaku. Memburamkan penglihatanku.“Kamu dari wilayah mana?”“Timur.”Jawabannya singkat tapi meninggalkan kelembutan ditelinga Dandy. Bahkan terlalu lembut bagi suara laki-laki.Wajah Arro mencerminkan ketampanan bercampur dengan kecantikan. Hidung dan dagu menampakkan ketampanan. Bibir tipis dan bulu mata yang lentik mempercantik wajahnya.“Aku dari wilayah barat,” kata Dandy tanpa mau berpaling memandangku.Dandy memaksa mengusir kebisuan dan berusaha mencairkan kebekuan bibirku. Obrolan kami terhenti. Para juri terlihat berdiri didepan.“Sebelum audisi, kami bagi jadi dua kelompok, barat dan timur,” kata seorang juri. Pembagian itu membuat kami terpisah. “Aku kesana dulu ya……..”pamitnya sambil tersenyum.Dandy berlalu meninggalkanku. Berjalan kesudut ruangan dan bergabung dengan teman-temannya dari wilayah barat.Jarak memisahkan kami. Lewat jembatan hati, kedua mata kami menyeberangi jarak itu. Hanya untuk saling beradu pandang. Cintapun berpendar dari kedua pasang mata kami. Setelah babak juri yang memilih, terpilh dua belas finalis untuk melaju kebabak sms yang memilih. Masing-masing kelompok mewakilkan enam finalis. Semua finalis akan hidup bersama dalam satu rumah, enam kamar selama tujuh puluh lima hari. Dengan aturan satu kamar untuk dua finalis, berlainan kelompok dan tidak boleh berlainan jenis. Undian telah dimulai dan memilih Arro dengan Dandy tinggal dalam satu kamar. Cintapun mendatangi kamar kami untuk merajut hati penghuninya. Selama tiga purnama, bulan selalu menemani tiap show kami. Menerangi cinta kami sampai malam yang kami nanti.Babak sms telah memilih Arro dan Dandy menjadi dua finalis idola nusantara. Ada kebahagiaan terpancar dari kedua mata kami, tapi tak mampu menutupi kesedihan nurani kami. Seminggu kami terpisahkan oleh dinding-dinding kokoh dan pintu-pintu yang terkunci. Terjebak kesunyian. Sepi. Sendiri dalam kamar. Panggung besar telah disiapkan. Lampu-lampu sudah dinyalakan. Sorot kamera siap menyambut show kami. Para juri datang untuk memberi komentar yang terakhir. Keluarga Arro dan Dandy hadir, berbaur dengan Arroker’s dan Dandy-Dandy’s. Untuk mendukung sang idola nusantara.Jutaan sms telah memilih Arro menjadi idola nusantara tahun ini. Airmataku meluapkan kegembiraan dan menjalar keseluruh Arroker’s yang hadir malam itu. Mimpi itu berubah wujud menjadi kepopuleran, kesuksesan dan kekayaan. Malam grandfinal telah usai. Perayaan kemenangan dikamar Arro baru dimulai. Ucapan selamat, datang bagai angin malam yang menghembuskan hawa dingin dihati Arro. Keluarga yang datangpun belum mampu menghangatkan.Kehangatan baru Arro rasakan ketika tangan Dandy yang membentuk pelukan dan bibir Dandy yang berucap selamat.“Selamat ya……Ro,” bisik Dandy. Bisikan yang menghangatkan telingaku. Bisikan yang menggugah birahiku. Dia mengucap kata janji untukku. Hadiah akan diberikan jika penghuni kamarku tinggal mereka berdua. Hadiah yang terbungkus kekekaran dan kekuatan. Hadiah tanpa pita. Hanya butuh gairah untuk membukanya. Hadiah yang memberiku kegembiran abadi, kesenangan sejati dan kebahagiaan tiada henti.Malam telah larut. Keluarga Arro pulang membawa kegembiraan. Meninggalkan kebanggaannya. Para juripun berpamitan pulang meninggalkan kami berdua dikamar tanpa kecurigaan. “Ini hadiah untukmu Ro……kejantananku milikmu malam ini,” ucapmu menggoda.Dalam kamar yang dikelilingi dinding-dinding moral. Terkuat dan terkokoh. Tapi kami mampu melubanginya dengan tatapan, sentuhan, cumbuan dan cucuran keringat. Hingga kita robohkan dinding-dinding moral itu dengan cairan lengket yang tersembur keluar dari selangkangan.

Sabtu, 04 Desember 2010

cerpen pendidikan

CERPEN: PENDIDIKAN ZAMAN SEKARANG

Raja Hutan adalah Macan,Suatu hari sang Raja Mengadakan rapat kepada penasehatnya yaitu monyet dan Para Menteri-Menteri HutanSang Raja : Nyet gimana yah cara kita membangunkerajaan hutan kita biar berkembang.......Para Mentri : Gi mana k'lo kita adakan sekolah....Sang Raja : maksud mu, seperti manusia lakukan????Para Mentri :bukan,maksud ku kita bikin sekolah dengan 5 jurusanSang Raja : apa aja???Para Mentri : Jurusan terbang, berlari, memanjat, menggali, berenang...gi mana Sang RajaSang Raja : bagus kita lakukan besaokakhirna terbentuk lah sekolah dengan 5 julusan : terbang, berlari, memanjat, menggali dan berenang1 minggu pertama sekolah sudah berjalan dengan rancar......minggu 2 masih rancar sampai minggu ke tiga masih rancarpada minggu ke 4 ada masalah... akhirnya Sang Raja memanggil Penasehatnya dan mentri-mentri nyaSang Raja : gi mana Penasehat apa ada masalah yg terjadi???????????Penasehat : banyak masalah RajaSang Raja : di mana Masalah nya??Penasehat : di jurusan terbang pastilah kita tau raja terbang siapa tidak lain adalah elang tidak diragukan lagi k'lo buat terbang bagai mana dengan ayam kasihan kan. banyak sayap ayam yg patahjurusan berlari jaguar cepat larinya, bagai mana dengan kura-kurajurusan memancat, monyet jagoh nya bagai mana dengan gajahjurusan menggali, tikus, kerinci cepat menggalinya bagai mana dengan gajah tangan nya sangat besarjurusan berenang,kura-kura emang kalah untuk masalah berlari tapi k'lo soal berenang dia tidak kalh dengan mahkluk laut bagai mana dengan jaguarSang Raja: oooooooohhhhhhhhhhhh.......

Jumat, 03 Desember 2010

cerpen cinta

CERPEN- WHEN I LOOK AT YOU
Siang itu, di sebuah bangku taman, seorang gadis menunggu seorang yang sangat dia sayangi. Seorang yang tak pernah dia sangka akan menjadi pacarnya. Dia baru jadian dengan orang itu 2 hari lalu dan hari ini dia akan kencan dengannya! Aah, senangnya… katanya dalam hati. Tapi kesenangan itu sedikit berkurang karena orang yang ditunggunya sepertinya akan datang sangat terlambat. Dia sudah menunggunya lebih dari setengah jam. Tapi tak apa. Aku akan menunggunya. Aku ingin saat dia datang dia akan berkata, “Resha Ananda! Maafkan aku karena aku datang terlambat.” Yaa, dia selalu memanggilku dengan nama lengkapku. Aku tak tau kenapa, katanya sih, dia suka dengan namaku. Senangnya! Serunya dalam hatinya.Ketika sedang menunggu, ponsel Resha berbunyi. Dia mengangkatnya. Resha mendengar penjelasan seseorang diseberang sana. Tentang sebuah kenyataan pahit yang melandanya. Mendadak kakinya lemas, tubuhnya bergetar, jantungnya berdebar cepat, air matanya mengalir deras. Saat orang itu menutup telponnya, Resha menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia nyaris histeris. Tak dia sangka itu akan terjadi. Tak pernah dia sangka orang itu akan meninggal dalam kecelakaan. “Tuhan! Tolong katakan padaku kalau itu bohong!” Jeritnya. Dicky Dermawan, orang yang dia tunggu, orang yang dia sayangi, orang yang baru 3 hari menjadi pacarnya kini pergi. Dia kecelakaan dalam perjalanan kesini. Seminggu ini, Resha terus-terusan mengurung diri dikamar. Untung saja sekolahnya sedang libur, jadi dia tidak akan dimarahi karena bolos. Di kamarnya, dia hanya duduk diatas kasurnya dan terus-terusan menangis. Besok dia akan mesuk sekolah. Entah apa yang akan dikatakan teman-temannya padanya untuk menghibur dirinya. Ya, hampir 1 sekolah tau kalau Resha dan Dicky sudah jadian. Tapi kini, entahlah. Mungkin dia akan dikasihani oleh teman-temannya. “Pagi, Resha.” Sapa Dina, teman sebangkunya sejak SD sampai SMP sekarang. Resha hanya tersenyum paksa pada Dina. “Ah, Sha. Itu… soal…” “Dicko? Ya. Gue nggak apa-apa. Lo nggak usah khawatirin gue. Gue baik.” Kata Resha sok tegar. Dina jadi kesal dibuatnya.“Sha! Gue tau lo sedih! Gue tau lo mau nangis, kan? Iya, kan? Lo nggak perlu sok tegar didepan gue! Lo pikir gue siapa? Gue Dina, Sha. Sahabat lo sejak SD! Lo inget itu! Lo nggak akan pernah bisa bohong sama gue!” bentak Dina. Dina melihat mata Resha yang berkaca-kaca. “Maafin gue, Sha…” Resha menangis dalam pelukan Dina. Dia tidak peduli kalau harus dilihati satu kelas. Yang penting dia bisa sedikit mengurangi kesedihannya kehilangan Dicky. Beberapa bulan berlalu. Resha yang duduk dikelas 3SMP sudah melewati ujian akhir. Dia dan teman-temannya akan memasuki SMA yang mereka tuju. Resha dan Dina masuk SMA yang sama. Dan lagi-lagi, mereka satu kelas. “Ada yang nggak masuk, ya?” tanya Resha pada Dina. “Iya. Katanya, sih, cowok. Dia sakit, besok baru masuk katanya.” Jawab Dina. Hari pertama MOS mereka lewati dengan lancar. Resha sudah mengenal temannya hampir satu kelas. Hanya beberapa yang belum, termasuk anak cowok yang bakal masuk besok. Besoknya, anak cowok itu masuk, tapi Resha belum sempat melihat anak itu karena kakak OSIS mereka terus-terusan menghalangi mereka. “Kalo mau kenalan sama temen baru, ntar aja kalo MOSnya udah selesai!” kata Kira salah satu anggota OSIS disekolahnya. Saat istirahat, Dina minta izin sebentar ke toilet dan meninggalkan Resha disalah satu meja kantin disekolahnya. Resha hanya duduk sambil meminum minuman yang dipesannya. Hingga sesuatu memancing pandangannya. Nggak mungkin. Ini nggak mungkin… dia… diakan udah… pikirannya terputus karena Dina yang tiba-tiba datang. “Maaf nunggu lama.” Kata Dina. Resha hanya tersenyum sambil celingak-celinguk kesana-sini. “Lo kenapa, Sha?” “Aah, nggak! Hehe. Ah, gue ke toilet bentar, ya!” Resha berlari meninggalkan Dina yang kebingungan. Saat ditoilet, dia mencuci mukanya berkali-kali. “Nggak. Pasti tadi gue salah liat. Gue nggak mungkin liat Dicky. Itu juga nggak mungkin kembaran Dicky. Dicky nggak punya kembaran. Tapi… tapi…” dia kembali mencuci mukanya. Setelah itu dia bergegas kembali menemui Dina. Saat sedang berjalan, ada seseorang yang memanggilnya. “Oi. Barang lo jatuh, nih.” Kata orang itu. Resha menoleh ke orang itu. Resha terbengong saat melihat seorang cowok yang berdiri dihadapannya sambil memegang kalungnya yang diberikan Dicky untuknya. Seluruh badannya menegang dan dia tidak bergerak sedikitpun. Resha sangat terkejut melihat cowok didepannya. “Woi. Kok lo bengong, sih? Lo denger… eh!” Resha pingsan didepan cowok itu. Lalu cowok itu membawa Resha ke UKS dan kebetulan Dina melihat itu. Dina tidak kalah terkejut saat melihat cowok yang menggendong sahabatnya itu. Tapi untungnya, Dina tidak pingsan seperti Resha. Saat Resha terbangun, Dina tidak bertanya apa-apa padanya. “Din, gue dimana?” tanya Resha. “Di UKS. Lo pingsan.” Saat itu juga, cowok yang tadi ditemui Resha datang. Untuk kedua kalinya, Resha dan Dina terkejut. Cowok itu menghampiri Resha. Wajah Resha memucat. Dengan cepat dia menggeser tubuhnya menjauh dari cowok itu hingga dia hampir terjatuh. Untung saja cowok itu menarik tangannya, jadi dia tidak jadi jatuh. “Lo kenapa, sih? Kayaknya lo kalo ketemu gue kayak orang liat hantu.” Kata cowok itu. “Lo… Di… Di… cky… Dicky? Dicky!” Resha memeluk cowok itu. Cowok itu kaget dan berusaha melepaskan diri dari Resha. Resha tidak melepaskan pelukannya. “Aku tau kamu belum meninggal, Ky. Aku tau kamu masih hidup. Kamu nggak mungkin ninggalin aku…” “Heh! Gue Rico! Bukan Dicky! Rico!” kata cowok yang bernama Rico itu. “Apa? Tapi… muka kamu itu mirip Dicky. Tapi kamu bohong.” “Jangan seenaknya ganti-ganti nama orang, ya!” “Dicky? Iya, lo bukan Dicky. Karena, Dicky nggak mungkin bentak-bentak gue.” “Emang bukan! Nih. Gue ke sini cuma mau balikin kalung lo!” setelah memberikan kalung milik Resha, Rico pergi meninggalkan Resha. “Sha…?” “Bukan, ya? Ternyata bukan… dia… bukan Dicky…” Kata Resha sedikit pelan. Dina berdiri disamping Resha sambil menatap prihatin sahabatnya itu. Saat kembali ke kelas, Resha sangat terkejut karena cowok yang mirip dengan Dicky sekelas dengannya. Dia cowok yang kemarin tidak masuk. Yang lebih membuat dia terkejut, ternyata cowok itu duduk di sebelah mejanya. Resha berusaha tidak mempedulikan cowok itu. Begitu juga Rico. Beberapa bulan Resha lewati dengan baik, walaupun ada saja masalah yang melibatkannya dengan Rico. tapi itu tidak mebuat Resha gelisah sedikitpun. Suatu hari, Rico menghampiri Resha dan mengajaknya ngobrol. Awalnya Resha tidak mau, tapi akhirnya dia mengalah dan mau ngobrol dengan Rico. ternyata ngobrol sama Resha enak juga. Pikir Rico. “Oke. Karena nggak ada yang mau lo obrolin lagi sama gue, gue mau…” “Kenapa lo ngejauh dari gue?” tanya Rico memotong omongan Resha. Resha terdiam menatap Rico. “Jawab. Apa ini karena wajah gue yang mirip cowok lo yang udah meninggal?” tanya Rico lagi. Ya Tuhan, kenapa dia bisa tau? Yang tau soal ini kan cuma temen SMP gue sama… ah! Jangan-jangan… Dina! Resha larut dalam pikirannya dan mendiami Rico. “Itu semua nggak ada hubungannya sama lo.” Kata Resha. “Tentu aja ada! Kalo lo terus-terusan anggep gue kayak mantan lo itu, gue jadi nggak bisa temenan sama lo.” Kata Rico. “Untuk apa temenan sama gue? Toh, lo punya banyak temen, kan? jadi lo nggak rugi kalo nggak temenan sama gue.” “Tentu aja rugi! Gue itu bukan cuma mau temenan sama lo. Gue tuh pengen lebih deket sama lo, karena gue suka sama lo!” kata Rico tegas. Resha terkejut. Tanpa sadar, air matanya keluar. Rico kaget melihat Resha menangis. Saat ingin memberikan sapu tangannya pada Resha, Resha sudah keburu menghindar. “Jangan. Gue mohon jangan…” kata Resha. Rico diam menunggu ucapan Resha selanjutnya dengan bingung. “Gue mohon… jangan suka sama gue… jangan… gue nggak bisa…” tiba-tiba Rico memegang pundak Resha dan menatap lurus matanya.“Kenapa? Apa karena lo masih keinget cowok lo itu kalo liat gue? Iya? Res, gue beda sama dia. Gue ya gue, dia ya dia! Please, Res. Jangan hanya karena hal ini gue jadi nggak bisa deket sama lo. Lo yang bikin gue jatuh cinta sama lo, jadi jangan bikin gue jadi sakit karena lo!” kata Rico. “Co! Emang siapa yang suruh lo suka sama gue, hah? Gue nggak pernah minta lo suka sama gue, kan? Makanya jangan nyalahin gue kalo gue nolak lo! Walaupun hanya karena ini!” kata Resha menepis tangan Rico. “Gue nggak akan diem gitu aja, Res. Gue bakal bikin lo lupain cowok lo itu dan bikin lo suka sama gue!” kata Rico sedikit berteriak. Resha tidak mendengarkan ucapan Rico dan langsung berlari menuunggalkan Rico. Dia menemui Dina dan bertanya soal Rico yang mengetahui tentang Viko, mantannya, yang telah meninggal. “Maafin gue, Sha. Dia maksa gue terus. Akhirnya gue jadi keceplosan.” Kata Dina. Dia terus-terusan meminta maaf pada Resha. “Sha. Rico serius nembak lo?” “Ya.” jawab Resha singkat. Dina tidak melanjutkan ucapannya karena melihat Resha yang sedikit kesal. Sesuai ucapan Rico, dia terus-terusan mendekati Resha walaupun cewek itu selalu menjauh darinya. Sebulan berlalu dan Rico tetap mendekati Resha. “Pagi, Res. Nih, gue bawaan lo komik seru. Lo suka komik, kan? Nah, ini…” “Gue nggak butuh!” ketus Resha sambil menepis tangan Rico. Rico jadi kesal dibuatnya. “Res! Kenapa, sih, lo nggak bisa buka sedikit hati lo buat gue? Beri gue kesempatan buat bikin lo lupain cowok lo itu.” Kata Rico. “Gue pengen… gue pengen… tapi nggak bisa… gue nggak bisa…” “Kenapa?” “Karena… gue nggak mau kejadian beberapa bulan lalu itu terjadi lagi.” Kata Resha terdengar lirih. Dia berusaha menahan air matanya yang mau keluar. “Oke. Gue bakal kasih lo kesempatan buat mikir. Gue bakal nunggu lo, Res. Gue janji, kalo lo jadii cewek gue, gue nggak akan nyakitin lo. Gue nggak akan bikin lo sedih. Gue janji.” Setelah bicara seperti itu, Rico pergi meninggalkan Resha. Resha tidak bergerak sedikitpun. Dia hanya menunduk dan meremas rok abu-abu pendeknya. Air mata jatuh ditangannya. Dia menagis. Selama seminggu ini, Rico tidak pernah mendekati Resha. Kalo boleh jujur, Resha sedikit merasa kesepian karena Rico tidak menganggunya lagi. Tapi mau gimana lagi, itulah keputusan dia. “Lo mau terima dia?” tanya Dina. “Nggak. Gue cuma sayang sama Dicky.” “Gitu?” Dina diam. Itu adalah percakapan singkat terakhir mereka. Besoknya dan selama 3 hari Resha tidak masuk sekolah. Dia sakit. Mendengar itu, Dina dan Rico memutuskan untuk menjenguk Resha yang dirawat di Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit, mereka mencari ruangan Resha dan bergegas kesana. Dina membuka pintu kamar rawat Resha dan melihat Resha yang terbaring diatas kasur dengan sebuah selang yang menjulur tangannya. Dina dan Rico mendekati Resha. Resha tersenyum melihat kedua temannya itu datang menjenguknya. “Lo baik-baik aja?” tanya Rico. “Ya.” sejenak mereka hanya terdiam diruangan yang sepi itu. Tiba-tiba, mata Dina terpaku pada tangan kanan Resha yang diperban. “Tangan lo kenapa?” tanya Dina penasaran. “Ah, mm… itu… em…” Resha terdengar ragu menjawabnya. Lalu seseorang mewakili Resha menjawab pertanyaan Dina. “Dia melukai tangannya dengan silet karena dia teringat lagi sama Dicky.” Kata Tio, kakak Resha. “Pas malem-malem, bokap, nyokap, sama gue denger Resha nangis histeris dikamarnya sambil manggil-manggil nama Dicky. Dia kunci kamarnya dari dalem. Terpaksa gue dobrak. Pas udah kebuka, dia lagi duduk dipojok lemari pakaian dengan tangan kiri megang silet dan tangan kanan yang banjir darah.” Lanjutnya. “Res! Lo kenapa jadi kayak giini, sih? Jangan hanya karena Dicky, lo jadi bertindak bodoh kayak gini!” kata Rico. Resha hanya diam mendengar ocehan Rico. “Ah. Lo pasti Rico? Yang mukanya mirip banget sama Dicky. Ya kan?” tanya Tio. “Iya,” kata Rico bingung. “kenapa?” “Ah! Jadi lo orangnya! Bagus, deh, kalo lo dateng. Soalnya, waktu Resha pingsan, dia tuh…” “AAAARGH!!” teriakan Resha membuat orang-orang yang ada dikamar itu kaget. “Tio! Tangan lo tadi nyenggol tangan gue! Sakit tau! Reseh lo emang! Pergi sana! Hush, hush.” Usir Resha. “Yee, lo pikir gue kucing, pake ‘hush, hush’ segala!” kata Tio. Lalu dia keluar sambil berdumel tidak jelas. Resha menghela napas lega saat Tio keluar. “Kenapa, sih?” Tanya Dina bingung. “Nggak.” Selama beberapa menit mereka isi dengan obrolan tentang sekolah. Sampai akhirnya Resha menganti pokok pembicaraan dengan sebuah kalimat yang membuat Dina dan Rico bingung. “Co, boleh gue minta tolong?” kata Resha. “Minta tolong? Boleh. Apa?” tanya Rico. “Mm… gue pengen lo bilang ‘Resha Ananda! Maafkan aku karena aku datang terlambat.’. Bisa?” kata Resha ragu. Saat melihat wajah Rico yang terheran-heran, Resha kembali membuka mulut. “Ah, kalo nggak mau juga nggak apa…” “Resha Ananda! Maaf karena aku datang terlambat.” Ucap Rico memotong ucapan Resha. Resha dan Dina terdiam kaget. Terlebih Resha. Beberapa detik, Resha hanya diam. Kemudian senyumnya mengembang dan menatap Rico senang. Lalu dia menundukkan kepalanya dalam-dalam.“Makasih… Ky…” ucap Resha sedikit pelan membuat Rico dan Dina tidak terlalu jelas mendengar ucapan Resha. Rico dan Dina melihat Resha yang menyeka air matanya. Dia menangis. Tidak lama kemudian, Tio datang dan menyuruh Rico dan Dina pulang karena Resha butuh istirahat. “Din, tadi lo denger nggak ucapan terakhir Resha?” kata Rico saat mereka keluar dari kamar rawat Resha. Dina hanya menggeleng dan menatap Rico bertanya-tanya. “Gue denger dia ngomong ‘ky’. Menurut gue tadi dia bilang makasih bukan buat gue.” “Ha? Maksud lo?” “Iya. Kayaknya itu buat Dicky. Mungkin dia nyuruh gue ngomong kayak tadi untuk ngewakilin di Dicky.” Kata Rico. Dina hanya manggut-manggut mengerti. Besoknya, Resha belum bisa masuk sekolah. Saat istirahat sekolah, Rico mengajak Dina makan bareng dikantin. “Tumben lo ngajak gue makan bareng, Co?” kata Dina. “Ada yang pengen gue certain.” Kata Rico sambil senyam-senyum membuat Dina bingung. “Apa? Kayaknya berita bahagia, nih?” tebak Dina. “Bener banget!” “Apa?” tanya Dina penasaran. “Tadi pas lagi belajar, si Resha SMS gue.” Kata Rico membuka cerita. “Ha? SMS? SMS apaan?” tanya Dina makin penasaran. Rico mengambil HPnya disaku bajunya dan mengotak-atik HPnya. Lalu Rico menyodorkan HPnya ke Dina dan menyuruhnya membaca sebuah pesan yang sudah tertera dilayar HPnya. Dina membaca pesan itu dengan seksama. Seketika senyumnya mengembang. SMS From : Resha - +062857********When I look at u, I thought you were with him. but my guess is wrong. you differ with him. very different.Initially I want to assume you were not there because you made me remember someone I care about. but never thought you actually approached me and make my heart began to open to receive you.Now, I want to ask for permission to you ...What I can fill your days like before you always fill my days?“Akhirnya dia buka hati dia buat gue juga…” kata Rico. Dina hanya mengangguk dan memberikan selamat pada Rico.